Tentang pencinta alam
APAKAH
KAMU SEORANG PENCINTA ALAM ???
“. . .Dalam Bingkai Kripik Renyah. . .”
(Alton Phinandhita Prianto)
Pelindung : Biarlah Allah SWT yang melindungi kami, karena kami yakin hanya Allah lah tempat berlindung.
Penanggung Jawab : Cukuplah Allah Menjadi penanggung jawab dan biarlah Allah yang menjadi penanggung jawab atas hambanya yang lemah
Editor : Bagi yang respek dengan buku ini diharap menjadi editor dengan memberi masukan dan kritik yang membangun
Layout : Penulis
Email : alton_prianto@yahoo.co.id
Hak cipta @ hanya milik Allah SWT semata
Dianjurkan untuk menyebarluaskannya sebagai amal jariyah
Kata Pengantar
Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah, Rabb yang senantiasa menuntun kami untuk selalu berada di jalan-Nya. Dialah yang mengingatkan kami ketika apa yang kami lakukan keluar dari jalur yang diridhai-Nya, hingga kamipun senantiasa bersyukur akan cintanya kepada kami. Shalawat dan salam penuh rindu semoga selalu terlimpah untuk rasullulah terkasih, tercinta dan tersayang. Juga kepada keluarga, seluruh sahabat, dan pengikutnya yang selalu mengibarkan “bendera keagungan islam alliwa dan arrayah” dimanapun berada. Semoga Allah persatukan kita di surga bersama mereka. Amin.
Aku bukanlah seorang sastrawan karena semua yang aku tuliskan merupakan buah pemikiran orang sebelumku, dan bukanlah seseorang yang faham tentang politik yang hanya untuk kepentingan golongan dan kelompok, aku bukanlah seorang anggota partai politik yang kotor, aku hadir hanya untuk menyambung jeritan mereka yang berada dibawah, mereka yang terhimpit, mereka yang tak dihiraukan keberadaannya, mereka yang selama ini hanya dianggap sampah, mereka yang harus menghinakan diri di jalan-jalan, mereka yang dipaksa berfikir pendek dan harus segera mengakhiri hidup mereka sendiri.
Kekayaan Negara ini yang luar biasa, kekayan tentang SDA dan aneka ragam hayati dan masih banyak lagi membuat aku semakin mencintai negriku, di mana kekayaan itu ternyata telah dikeruk habis-habisan oleh asing, yang mana kekayaan itu untuk kesejahteraan rakyatnya namun malah kita menjadi pembantu di negeri sendiri, menangislah mereka yang terjajah, kita terjajah secara ekonomi, secara budaya dan masih banyak lagi. Dan tulisan ini aku sumbangkan dengan suatu harapan yang besar dengan harapan agar alam tidak membenciku sebab Allah akan murka jika aku tidak bisa menjaga alam itu.
Aku bukan bermaksud mengkritik di dalam menjalani hidup di dunia yang hanya sementara ini, namun aku sudah muak melihat ketidak adilan dan segala kemungkaran yang terjadi. Aku hanyalah seseorang yang menginginkan suatu kejujuran dalam hidup. Karena mereka yang mengaku intelektual telah hilang dengan janji-janji dan juga kesenangan mereka yang mengorbankan mereka yang bodoh.
Dalam tulisan ini bukannya untuk menggurui namun hanya dilandasi oleh pengalaman pribadi dan orang-orang yang masih menjadi pencinta alam maupun mereka yang kontra terhadap pencinta alam, dengan harapan besar buku ini hanya untuk mereka yang mau berbesar hati untuk membacanya, bagi mereka yang tak tahan membacanya atau benci terhadap apa yang ada di dalam isi buku ini maka saling memaafkan adalah jalan yang terbaik. Tidak ada gading yang tak retak Sebab aku hanyalah manusia bodoh dan kesempurnaan itu hanyalah milik Allah SWT.
“Banyak orang yang pintar tapi untuk merendahkan orang lain, yaitu orang pintar yang tidak cerdas, namun banyak orang yang cerdas yang salah jalan, yaitu orang yang meninggalkan Allah SWT yang telah menurunkan Al Quran dan As sunah sebagai pedoman hidup umat muslim, padahal jelas jika Islam rahmatan lil alamin yakni Rahmat untuk seluruh alam”
“Selamatkan Indonesia Dengan Syariah”
Daftar Isi
EPISTEMOLOGI PENCINTA ALAM
*
SEJARAH TERBENTUKNYA PENCINTA ALAM INDONESIA
*
SALAM LESTARI
*
KODE ETIK PENCINTA ALAM INDONESIA
*
ANTARA PENIKMAT, PETUALANG, PEGIAT DAN PENCINTA ALAM
*
ESENSI PENCINTA ALAM
*
TENTANG PA KEMARIN, SEKARANG DAN ESOK
*
BELAJAR DARI SOE HOK GIE
*
SENAT OH SENAT
*
MAHASISWA SEKARANG
*
UNTUKMU HIMAPALA
*
REFLEKSI BERSAMA UNTUK PENCINTA ALAM
EPISTEMOLOGI PENCINTA ALAM
Sebelum kita membahas pencinta alam dan kegiatannya lebih jauh mari kita pahami betul apa epistemologi dari “Pencinta Alam”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata Cinta mempunyai empat makna, yakni, [1] ‘suka sekali’ ; ‘sayang benar’ ; [2] ‘kasih sekali’ ; terpikat’ ; terpikat ; [3] ‘ingin sekali’ ; berharap sekali ; ‘rindu’ ; dan [4] ‘susah hati ; risau’ (1993 -190). Yang artinya pencinta diberi makna ‘orang yang suka akan’ (h191). Selain itu kata alam yang diserap dari bahasa Arab, di Indonesia berkembang sehingga mempunyai tujuh makna. Ketujuh makna itu ialah [1] ‘segala ada yang dilangit dan dibumi’ ; [2] ‘lingkungan dan kehidupan’ ; [3] ‘segala sesuatu yang termasuk dalam satu lingkungan dan dianggap satu lingkungan dan dianggap sebagai satu keutuhan’ [4] ‘segala daya yang menyebabkan terjadinya dan seakan-akan mengatur segala sesuatu yang ada di dunia ini [5] ‘yang bukan buatan manusia’ ; [6] ‘dunia’ ; dan [7] ‘kerajaan ; daerah ; negeri ‘ (h.22). Kalau kedua kata tersebut digabung maka arti dari pencinta alam adalah ‘orang yang sangat suka akan alam’.
SEJARAH TERBENTUKNYA PENCINTA ALAM INDONESIA
Sejarah apa benar perlu dipelajari, perasaan saya dulu masuk komunitas pencinta alam tanpa harus membaca dan mengerti sejarah cara membuat keripik renyah, ya itulah yang terjadi terkadang kita memasuki komunitas pencinta alam hanya karena ingin dikatakan keren, lagi-lagi keren. Memang kata orang bijak sejarah harus dipelajari terutama yang akan gabung dan yang sudah gabung di komunitas pencinta alam, lha sekarang kembali ke pembahasan, ternyata sejarah pencinta alam di Indonesia tidak bisa lepas dari satu sosok yakni Soe Hok Gie.
Ya ini tentang sejarah berdirinya pencinta alam yang motori almarhum Soe Hok Gie, Herman Lantang dan kawan-kawan. Di era 60-an memang terjadi pergolakan masa transisi kemerdekaan. Invansi politik praktis diluar kampus Universitas Indonesia lewat organisasi dan kesatuan aksi mahasiswa dari berbagai atribut dan ideologinya berusaha memasuki Universitas. Namun, Almarhum Soe dan rekan-rekannya tidak peduli dan menjadi kelompok yang tidak memihak dengan kemelut politik saat itu. Mereka lari ke gunung dan pergi ke tempat-tempat sepi terpencil. Kalau penulis menyimpulkan contemplasi ala raja-raja Jawa seperti pendeta-pendeta hinduisme. Mereka paham waktu itu posisi benar-benar terjepit. Kebersamaan dan pengalaman itulah lahir istilah pencinta alam, yaitu Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala) Prajnaparamita FSUI. Di Tahun 1971 nama Prajnaparamita dilepas diganti dengan Mapala UI. Alhasil bangsa yang euforia ini bermunculan organisasi pencinta alam baik dari kampus dan diluar kampus.
Nah sekarang kita paham sejarah pendirian pencinta alam di Indonesia, benar ternyata kata kakek kita bahwa kitapun harus belajar dari sejarah, meskipun nilai sejarah kita sudah mumtaz tapi kita harus tetep belajar dan jangan lupa diamalkan untuk kebaikan bersama. Juga jangan lupa untuk melihat film tentang Gie dan jangan lupa juga untuk mendengar lagu Don.
SALAM LESTARI
Setelah merasakan inti rasa dari kripik renyah pencinta alam, sekarang mari kita coba ikuti cerita wanita yang menjadi pembeli setia kripik renyah pencinta alam ini.
Lestari apa mas begitu kata yang diucapakan oleh seorang wanita cantik saat ada sekumpulan orang yang meneriakkan kata tersebut, hal ini merupakan suatu reflek dari orang yang mempunyai nama depan, tengah maupun belakang lestari. Belakangan kita mengerti bahwa Lestari itu adalah seorang wanita berparas cantik yang telah digoda oleh sekumpulan orang, apakah sekumpulan orang tersebut tertarik dengan kecantikan wanita yang bernama lestari ataukah mereka hanya iseng belaka atau bahkan mereka sedang mengancam dan mau membunuh si lestari??? Lestari sayang lestari malang.
Nah sekarang apa sih lestari itu, ternyata usut punya usut kata lestari itu merupakan salam yang selalu diucapkan para pencinta alam, salam yang mempunyai arti makna yang begitu dalam ini sangat indah didengar dan juga memiliki harapan kedepan yang besar bagi alam dan lingkungan. Jadi pastilah alam dan lingkungan ini akan terlihat cantik seperti halnya mbak Lestari jika kita mengucapkan salam ini.
Namun ada juga komunitas yang mengatas namakan pencinta alam yang menggunakan salam selain salam lestari yakni Assalamu’alaikum yah ini memang salam yang wajib diucapkan oleh setiap muslim jika bertemu saudaranya, maksudnya salam rimba, ehm salam ini sangat mengundang suatu bias pemikiran bagi siapa saja yang mendengar, kesan liar, kaku dan petualangan tergambar dibenak siapa saja yang mendengar maupun yang mengucapkan.
Jadi bagi yang mengaku pencinta alam pasti tahu salam mana yang harus diucapkan terlebih dahulu dan salam apa pula yang sejatinya digunakan oleh para anggotanya, dengan salam itu diharapkan alam akan benar-benar secantik mbak Lestari.
KODE ETIK PENCINTA ALAM INDONESIA
“ PENCINTA ALAM INDONESIA SADAR BAHWA ALAM BESERTA ISINYA ADALAH CIPTAAN TUHAN YANG MAHA ESA “
“ PENCINTA ALAM INDONESIA SEBAGAI BAGIAN DARI MASYARAKAT INDONESIA SADAR AKAN TANGGUNG JAWAB KAMI KEPADA TUHAN, BANGSA DAN TANAH AIR ”
” PENCINTA LAM INDONESIA SADAR BAHWA PENCINTA ALAM ADALAH SEBAGAI MAKHLUK YANG MENCINTAI ALAM SEBAGAI ANUGERAH TUHAN YANG MAHA ESA “
Sesuai dengan hakekat diatas kami dengan kesadaran menyatakan :
Mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Memelihara alam beserta isinya serta menggnakan sumber alam sesuai dengan kebutuhannya.
Mengabdi kepada Bangsa dan Tanah Air.
Menghormati tata kehidupan yang berlaku pada masyarakat sekitar serta menghargai manusia dan kerabatnya.
Berusaha mempererat tali persaudaraan antara pecinta alam sesuai dengan azas pecinta alam
Berusaha saling membantu serta menghargai dalam pelaksanaan pengabdian terhadap Tuhan, Bangsa dan Tanah air.
Selesai.
Disyahkan bersama dalam GLADIAN IV – 1974 Di Ujungpandang Pukul 01.00 WITA.
Ditulis kembali dalam kesempatan ini untuk mengingatkan kita apa sebenarnya tujuan pergerakan ke-pencinta alam-an. Saya berharap semoga seluruh rakyat indonesia memiliki jiwa yang bersih bebas dari musyrik, ketamakan, kesombongan, kemarahan, individualisme, hedonisme dan hura-hura. Sehingga menjadi manusia seutuhnya yang dapat memberikan kontribusi bagi bangsa ini.
ANTARA PENIKMAT, PETUALANG, PEGIAT DAN PENCINTA ALAM
Ok Cak, kita sudah mengerti kode etik untuk makan kripik renyah pencinta alam sekarang simak ya karya penulis kang Lutfi Pratomo yang mempunyai semangat perubahan seperti kita ini, wockey lolos.
Kegiatan mereka hanya berlarian ke gunung, ke goa, ke tebing hanya untuk menikmati alam. Jaman abad ini sudah berubah namun masih ada saja organisasi pencinta alam baik dari kampus dan masyarakat yang bergiat untuk naik gunung, ke goa, arung jeram, ke tebing atau pendidikan seperti gaya militer, menggampar seenaknya calon peserta dengan alasan biar berdisiplin seperti militer. Padahal pendidikan ala militer dewasa ini dengan kekerasan sudah mulai dikurangi.
Pernah penulis mendengar cerita dari aktivis lingkungan dari negeri yang hutannya sudah hilang bahwa seandainya gunung itu dipenuhi sampah dan hutannya gundul, iklimnya panas, sungai dipenuhi limbah pabrik, tebing karst di bom dan batunya diambil untuk bahan lantai, meja, dan satwa liar yang eksotik punah seperti Harimau Jawa, Jalak Bali. Apakah organisasi pencinta alam baik itu dikampus maupun diluar kampus diam saja melihat itu semua.
Memang hutan Indonesia belum parah meski terlihat parah atau sungai-sungai masih belum tercemar hingga bisnis olah raga arus deras pun menjamur atau gunung masih ada tempat menarik meski jauh paling atas, goa-goa masih banyak yang bagus, tebing-tebing masih menjulang tinggi toh mereka hanya santai-santai saja atau tidak perduli sama sekali lebih mementingkan event-event kejuaraan atau pelatihan-pelatihan yang tidak ada hubungannya dengan makna dari pencinta alam. Sangat tragis benar.
Apa ada yang salah dari Almarhum Soe Hok Gie dan kawan-kawan lamanya hingga penerusnya hanya mementingkan kepuasaan sesaat atau kode etik pencinta alam Se-Indonesia yang disyahkan bersama dalam gladian ke-4 yang setiap kegiatan wajib dibacakan setiap kegiatan seperti maksud dari pesannya Pencinta Alam Indonesia adalah sebagai dari masyarakat Indonesia sadar akan tanggung jawab kami kepada Tuhan, Bangsa dan Tanah Air. Dengan kesadarannya mereka (Pencinta Alam) menyatakan pada poin 2 yang isinya memelihara alam beserta isinya menjadi ucapan atau janji tanpa makna (Lip Service).
Namun hasilnya pun hutan tetap gundul, satwa liar makin lama makin punah, bencana lingkungan mulai bermunculan, bahkan pemanasan global yang dibicarakan setiap negara dan para aktifis lingkungan dari LSM dengan gencarnya mencari solusi. Sedangkan organisasi yang namanya Pencinta Alam belum menunjukan taringnya untuk peduli terhadap lingkungan. Bahkan hanya bisa dihitung oleh jari organisasi pencinta alam yang peduli terhadap lingkungan. Atau menurut saran respon dari pembaca tulisan Quo Vadis Pecinta Alam yang ditulis penulis mending diganti saja nama pencinta alam dengan nama jenis petualang. Biar tidak terjadi pembiasan makna dari kata Pencinta Alam.
Alhasil, makin sepinya minat pemuda sekarang untuk masuk organisasi pencinta alam. Tradisi lama masih dipakai tidak ada formulasi-formulasi baru untuk merefleksikan kegiatan-kegiatannya. Atau organisasi pencinta alam dewasa ini telah bangga dengan “establishment” (kemapanan). Kebiasaan-kebiasaan lama yang harus ditinggalkan malah terus diulang-ulang saja seperti pendidikan dengan kekerasan atau perbedaan yang antara senior dan yunior, pendendaman akibat dari pendidikan yang keras, menebang pohon untuk simulasi SAR, atau pembukaan jalur. Meski kecil namun tetap saja kita memberikan pendidikan yang tidak baik terhadap masyarakat sekitar gunung atau hutan.
Pernah penulis ditanya saat masuk organisasi mahasiswa pencinta alam oleh senior, apa tujuan anda masuk pencinta alam? Penulis menjawab ingin mengenal alam lebih dekat. Namun, ketika pendidikan tidak dikenalkan dengan alam malah disiksa di bentak meski tidak ada kekerasan fisik, membuka jalur hutan dengan parang seperti kesatria.
Uh parah bukan apa yang telah kita lakukan selama ini seperti kita telah terhipnotis bro dengan semua itu, ya sekarang kita pilih pengen jadi penikmat, petualang, pegiat atau pencinta alam, tapi seperti iwak peyek sego jagung kripik renyah pencinta alam pun adanya di Surabaya, karena barometernya nasional kalau boleh jujur adalah Jawa Timur dan ibu kotanya Jawa Timur adalah Surabaya jadi bangun rek, ayo Surabaya salam satu jiwa untuk Indonesia.
Oke sekarang mari kita bedah satu persatu kata-kata tersebut dengan mencocokkan kegiatan apa yang merupakan cerminan dari penikmat, petualang, pegiat dan pencinta alam tersebut :
Penikmat alam : Dari katanya saja sudah dapat kita ketahui bahwa penikmat adalah mereka yang suka sekali menikmati keindahan sang pencipta, dimana mereka bisa refreshing, mencari inspirasi, mengambil pemandangan, menenangkan diri sampai-sampai ada juga yang menikmati berhubungan sex di alam, salahkah? Tidak, tetapi benarkah? Belum tentu juga. Berapa banyak orang yang hanya pergi ke tempat yang berhubungan dengan alam seperti gunung melakukan vandalisme, tempat refreshing dibuat acara yang melibatkan banyaknya alam yang masih utuh menjadi korban untuk keperluan bisnis semata.
Petualang : Semua pasti mengerti kaidah-kaidah petualang bak kesatria yang mana secara tidak sadar mereka sedikit banyak melakukan perusakan terselubung dengan suatu pemahaman yang dibenarkan, contoh paling sederhana adalah pada saat belajar untuk survival, pembukaan jalur maupun panjat tebing yang tentu sedikit banyak juga merusak keaslian media alam tersebut. Lalu bagaimana cara kita untuk belajar kegiatan tersebut yang memang membutuhkan media alam sendiri, lha itu semua pasti ada solusi sebab kita bisa siasati semua itu, untuk solusi chef pembuat keripik renyah pencinta alam ini punya pendapat bahwa setiap mereka yang sadar pasti juga akan mempunyai solusi karena pencinta alam haruslah mempunyai kreativitas maupun innovasi.
Pegiat alam : ini suatu kata yang berbeda dengan petualang namun mempunyai arti yang tidak jauh beda dengan petualang, pegiat alam itu mereka yang melakukan aktifitas dengan menggunakan media berupa alam tersebut, seperti aktivitas out bond, arum jeram, panjat tebing sampai-sampai orang yang nongkrong sambil membuat api unggun dan membuang sampah dikawasan pegunungan, tentu hal-hal tersebut dapat dibenarkan dalam beberapa hal.
Pencinta alam : Ini nih keripik renyah yang ditunggu-tunggu, terus baca nanti kamu akan mengerti, sebab butuh proses.
ESENSI PENCINTA ALAM
Setelah tadi di awal mengetahui epistemology pencinta alam maka sangat relevan jika kita sekarang juga harus menggodok esensi dari pencinta alam itu sendiri, pasti semua satu suara dan kompak bahwa esensi pencinta alam adalah mencintai alam dan penciptanya dalam arti bahwa setiap orang yang mengaku pencinta alam haruslah bertaqwa yakni menjalankan segala perintah dan menjauhi segala larangan kepada Tuhan dalam menjalani kehidupan ini. Sesuai dengan ketentuan Tuhan jika manusia diciptakan sebagai khalifah di bumi yakni sebagai pemimpin bumi ini, jelaslah manusia merupakan faktor utama yang bertugas memimpin dan menjaga bumi dan dapat dikatakan pula bahwa setiap manusia adalah pencinta alam.
Lha ini, jadi ternyata diri kita yang belum gabung di komunitas pencinta alam juga dapat dikatakan pencinta alam juga ya. Ya bisa dan harus bisa dengan cara apa dan apa syarat yang harus dipenuhi maka silahkan ganyang terus keripik renyah pencinta alam ini.
Baik, sekarang kita pun harus mengerti apa hakikat dari kata pencinta alam, setelah mengetahui arti kata dari pencinta alam maka dapat kita pahami bahwa hakikat dari pencinta alam adalah kita mendekatkan diri pada Tuhan yang maha Esa dengan cara melihat kekuasaan-Nya dalam menciptakan alam ini. Berarti semua dimulai dari individu setiap pencinta alam yakni mengerti hubungan dia dengan Tuhannya, dia dengan sesama manusia terlebih dia dengan alam sebab kita dianjurkan mengasihi antar sesama.
Jadi ternyata esensi dari pencinta alam adalah bertaqwa, apalagi jika seorang muslim yang mengaku pencinta alam maka harusnya masuk kedalam agama islam secara kaffa atau menyeluruh yaitu dengan berpegang pada keyakinan (akidah), syariah (peraturan) dan akhlak (tingkah laku), jika seorang muslim hanya melakukan satu dari tiga syarat tersebut maka dapat dikatakan Islam KTP, jadi bohong jika ada yang mengaku dirinya pencinta alam hanya mempunyai akidah yakni percaya kepada Allah SWT namun tidak mengikuti syariah yakni peraturan dalam islam seperti berbisnis, bergaul, hubungan laki perempuan, mendidik, bekerja, cara makan sampai aturan menutup aurat bahkan mematuhi adab tata cara mandi, dan juga bohong jika mengaku pencinta alam mempunyai perilaku yang melebihi binatang di mana berbicara kotor dan tidak sopan menjadi hal yang biasa, tidak punya belas kasih pada sesama, tidak mempunyai toleransi dalam beragama, saling menolong dan bersedekah apalagi jika sampai mengebom dengan alasan jihad di mana banyak saudara muslim yang menjadi korban dan juga merusak alam tentunya, sebab kata jihad adalah berusaha sekuat tenaga untuk berjuang di jalan Allah, caranyapun belum tentu hanya dengan kekerasan.
Jadi ternyata sangatlah luas dan mendalam jika kita bicara tentang hakekat pencinta alam, namun apa yang terjadi di bumi pertiwi ini, sungguh ironi dan sangat berlawanan dengan apa yang kita harapkan, di mana kekacauan terlihat di mana negeri ini menerapkan system secular (memisahkan agama dengan kehidupan) buatan manusia bukan menganut buatan zat yang maha adil, keserakahan merajalela, individualistik melekat di darah, korupsi, prostitusi, criminal merupakan sebab dari kemaksiatan individual maupun struktural yang dilakukan oleh penduduk negeri ini, dari masalah besar sampai masalah sampah yang masih berserakan di manapun kita berada di situ sampah pasti ada, belum lagi jeritan pohon dan juga binatang-binatang yang pasrah melihat alam yang semakin tidak bersahabat, siapakah aktor utama yang harus bertanggung jawab terhadap semua ini, dan adakah peran pencinta alam yang selama ini dibanggakan oleh anggotanya?
Mungkin sudah hilang rasa kasih sayang yang diganti dengan keserakahan itu, sudah tertutupkah mata kita atau sudah mengeraskah hati kita? hanya individu kita yang bisa menjawab semua itu.
TENTANG PA KEMARIN, SEKARANG DAN ESOK
Setelah membaca esensi pencinta alam dan meski tadi sudah dipaparkan oleh kang Lutfi Pratomo tentang pencinta alam sekarang apa salahnya jika kita membaca pula wacana berikut yang juga bisa membuka mata hati kita, simak deh tapi jangan lupa kripik renyah pencinta alamnya.
Tentang PA Kemarin, Permasalahan lingkungan bukan semata-mata persoalan moral namun juga krisis moral secara global. Menurut Arne Naess, krisis lingkungan yang terjadi hanya bisa diatasi dengan melakukan perubahan cara pandang dan perilaku manusia terhadap alam yang fundamental dan radikal. Dibutuhkan sebuah pola hidup atau gaya baru yang tidak hanya menyangkut orang per orang, tetapi juga budaya masyarakat secara keseluruhan. Artinya, dibutuhkan etika lingkungan hidup yang menuntun manusia berinteraksi dengan lingkungan hidup saat ini.
Cara pandang sangat menentukan gerak langkah manusia terhadap kegiatannya, termasuk dalam memperlakukan alam ini. Dua cara pandang yang dominan diantaranya adalah antroposentrisme dan ekosentrisme, keduanya mempunyai alasan masing-masing dari beberapa tokohnya.
Antroposentrisme adalah teori etika lingkungan yang memandang manusia sebagai pusat dari sistem alam semesta. Cara pandang ini menyebabkan manusia mengekploitasi dan menguras alam semesta demi memenuhi kebutuhan kepentingan manusia. Selain itu, cara pandang ini pun melahirkan sikap yang rakus dan tamak yang menyebabkan manusia mengambil semua kebutuhan hidupnya dari alam tanpa memperhitungkan kelestariannya. Alam dipandang hanya demi kepentingan manusia, sehingga sebagian pihak mengatakan krisis lingkungan dianggap terjadi karena perilaku manusia yang dipengaruhi oleh cara pandang antroposentris ini.
Imanuel Kant, salah seorang penganut teori ini, mengatakan, hanya manusia yang merupakan makhluk rasional, diperbolehkan secara moral menggunakan makhluk non rasional lainnya untuk mencapai suatu tatanan dunia yang rasional.
Cara pandang kedua yaitu ekosentrisme yang merupakan kelanjutan teori biosentrisme (teori yang menganggap bahwa setiap kehidupan dan makhluk hidup mempunyai nilai dan berharga pada dirinya sendiri sehingga teori ini menganggap serius setiap kehidupan dan makhluk hidup di alam semesta). Bahkan sering disamakan begitu saja karena ada kesamaan di antara keduanya. Kedua cara pandang ini mendobrak cara pandang antroposentris.
Selanjutnya, ekosentrisme diperluas untuk mencakup komunitas ekologis seluruhnya. Sekarang populer dengan nama Deep Ecology yang pertama kali dikenalkan oleh Arne Naess, Filsuf Norwegia, pada 1973. Naess kemudian dikenal sebagai tokoh deep ecology sampai sekarang.
Manusia adalah tertuduh dari ambruknya kualitas bumi, ia dinilai terlampau asyik memuaskan syahwatnya tanpa mempedulikan akibat pada bumi. Mental dan nalar antroposentris dinilai sebagai muasal. Antroposentrisme yang merusak justru ditahbiskan kesucian epistemologinya oleh ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan modern adalah kabar buruk dari ideologi patriarkal barat (Vandana Siva,seorang tokoh ekofeminis india).
Hal inilah yang kemudian menimbulkan dorongan bagi sebagian orang untuk mengabdikan dirinya bagi kelestarian alam dengan melakukan berbagai upaya untuk dan menyandang nama sebagai Pencinta Alam.
Tentang PA hari ini, Kode Etik Pencinta Alam:
Pencinta Alam Indonesia sadar bahwa alam beserta isinya adalah ciptaan Tuhan YME
Pencinta Alam Indonesia sebagai bagian dari masyarakat Indonesia sadar akan tanggung jawab terhadap Tuhan
Pencinta Alam Indonesia sadar bahwa Pencinta Alam adalah sebagai mahluk yang mencintai Alam sebagai anugerah Tuhan YME
Hampir di setiap kesempatan, event apapun yang dilakukan oleh yang menamakan dirinya pencinta alam, kode etik itu selalu dibacakan dan diperdengarkan pada semua orang…yang menjadi pertanyaan kemudian apakah hal tersebut terwujud dalam tingkah laku orang yang membanggakan dirinya dengan menamakan diri Pencinta Alam?
Sering dalam melakukan kegiatan di alam bebas yang banyak pencinta alam cenderung hedonis alias hura-hura. Berapa persen, sih, dari total “jam terbang” Pencinta Alam yang benar-benar didedikasikan untuk upaya pelestarian lingkungan hidup? Mungkin prosentasenya jauh lebih kecil dibandingkan waktu yang kita habiskan sebagai penikmat alam.
Benar jika kemudian berkembang stigma, bahwa pencinta alam saat ini sudah jauh melenceng dari makna sebenarnya. Mereka yang menamakan klub pecinta alam justru tidak mengerti apa makna pencinta alam itu yang sebenarnya. Sekarang klub pencinta alam tumbuh bagaikan jamur di waktu hujan. Namun sayangnya pencinta alam sekarang ini lebih mengutamakan pada petualangan dan penaklukan alam. Bukan untuk melestarikan alam. Sehingga disadari atau pun tidak kita ikut ambil bagian dari kerusakan alam ini. Harusnya klub pencinta alam menjadi ujung tombak dalam menjaga kelestarian alam ini bukan sebaliknya. Banyak sudah orang-orang yang mampu menggapai atap-atap dunia, tapi hanya segelintir aja yang benar-benar peduli dengan alam ini.
Dalam tataran realita, tidak sedikit pencinta alam yang mempunyai arah dan gerakannya tidak mencerminkan diri sebagai pencinta alam. Contohnya kita bisa melihat bagaimana kasus vandalisme yang terjadi di puncak gunung. Siapa lagi kalau bukan orang yang sering naik gunung dan ini sudah menjadi persepsi yang kuat dalam masyarakat mengenai berubahnya paradigma pencinta alam. Berubahnya paradigma pencinta alam telah menyebabkan sulit untuk membedakan antara pencinta alam dan atau pegiat alam terbuka. Keduanya menyatu dalam satu diri namun sisi pencinta alamnya kadang menjadi buyar.
Pencinta alam lebih populer dengan gerakan enviromentalismenya sedangkan penggiat alam terbuka lebih lekat dengan aktivitas-aktivitas petualangan (adventure) seperti pendakian gunung, pemanjatan tebing, pengarungan sungai dan masih banyak lagi kegiatan yang mejadikan alam sebagai medianya.
Tentang PA esok, PA merupakan singkatan dari Pencinta Alam bukan Pemerkosa Alam atau sekedar Penikmat Alam ataupun juga Pegiat Alam. PA sejati adalah dimana ia bisa menyatukan dirinya dengan alam, membaurkan diri dengan alam, melestarikan, menjaga dan mempergunakan alam itu sebagai tempat dimana manusia hidup, akan tetapi bukan bertujuan untuk merusak. PA itu juga bukan ajang untuk menaklukan organisasi lain dalam arti hanya untuk
ngeceng saja.
Akan tetapi PA itu adalah bagaimana cara kita (sadar) akan keberadaan alam. PA tidak hanya memperkenalkan / mengenal alam itu sendiri, akan tetapi juga meminta kita agar bagaimana alam ini tidak dirusak tetapi dilestarikan.
Seorang pencinta alam harus bisa hidup selaras dengan alam dan berusaha agar alam tersebut tetap lestari. Seorang pencinta alam seharusnya melindungi dan melestarikan edelweis bukan memetik edelweis hanya untuk suatu kebanggaan yang tak berarti. untuk membuat kita bangga telah jelajah gunung atau hutan kita seharusnya tidak merusak alam, cukup dengan foto itu sudah lebih dari cukup” komentar salah seorang anggota Mapala.
Karena itu sebenarnya pencinta alam harus mengetahui segala kaidah lingkungan sebagai bagian dari gerak dan pola acuan tindakannya. Kalau dilihat dari nama sebagai Pencinta Alam yang sebenarnya dalam korelasi positif banyak yang mencintai alam maka alam akan semakin lestari.
Tapi dalam realitanya, banyak perhimpunan belum kelihatan kontribusi nyata untuk lingkungan hidup. Lihatlah, bagaimana kasus kawasan konservasi yang semakin hari semakin menyusut atau kawasan hutan kota yang hampir habis tetapi pencinta alam belum ada yang turun menyuarakan/mengeluhkan hal tersebut.
Degradasi kultura dalam tubuh pencinta alam memang bukan tanpa alasan. Semasa orde baru, arah pencinta alam diarahkan untuk tidak mengikuti pola gerak dari green peace atau the german green yang berani mengkritisi setiap kebijakan pemerintah. Di lain pihak keberadaan pencinta alam adalah sebuah awal gerakan lingkungan di mana lingkungan sebagai wahana kehidupan berada pada keseimbangan yang lestari dalam dimensi politik, ekonomi,sosial dan budaya. Jika salah satu/beberapa ditambah porsi kepentingannya, maka akan mengganggu yang lain dan biasanya yang menjadi korban adalah alam lingkungan hidup.
Ciri lain dari pencinta alam (PA) adalah perubahan. Karena itu, dalam gerakan lingkungan hidup, PA selalu menginginkan/memperjuangkan adanya perubahan (semakin baik) dalam politik, sosial, ekonomi dan budaya dengan lingkungan hidup sebagai tema sentral.
“Bumi ini Cukup untuk semua orang tapi tidak Untuk Dua Orang Yang Serakah”
(Mahatma Gandhi).
BELAJAR DARI SOE HOK GIE
Tuntutlah ilmu sampai negeri China, pastilah kita pernah mendengar petuah dari insan utama yakni Muhammad Rasulullah itu. Lalu apa hubungannya dengan Soe Hok Gie, hubungannya adalah Gie keturunan China yang mempunyai semangat revolusi yang idealis, yang mana jiwa muda bergelora dengan suatu pemikiran pemberontak untuk menghapus hal-hal yang kotor, lalu apa hubungan antara pencinta alam dan gerakan revolusi negeri ini, tentu ada yakni terbentuknya Mapala UI dilahirkan oleh mereka yang mempunyai semangat pembebasan dan hati nurani mereka yang menangis melihat penindasan serta ketidak adilan.
Kita sekarang melihat fenomena negeri ini, di mana kita dari dulu hingga sekarang belumlah sejahtera dan parahnya ternyata juga belum memiliki system pemerintahan dan ideology yang jelas sebab ideology di Indonesia yang campuran aduk antara Islam, Sosialis dan Kapitalis ini membuahkan suatu carut marut problematika yang ada. Dan ternyata setelah dilihat ideology di dunia saat ini hanyalah ada tiga yakni sosialis, kapitalis dan Islam. Karena ideology merupakan landasan acuan suatu Negara dalam menghidupkan segala aktivitasnya, coba kita lihat adakah ekonomi pancasila dan coba lihat pendidikan pancasila yang setiap tahun harus direvisi, itu menunjukkan ketidak mendasarnya suatu ideology yang campur aduk.
Soe mengatakan bahwa politik adalah tai kucing, mendingan kita main musik, nonton film, naik gunung tapi sekali-kali kita harus hantam pemerintah tentunya. Di sinilah sebuah idealisme muncul ketika mereka berjuang dan bersungguh-sungguh dalam melakukan perubahan dan tentu perubahan yang diinginkan adalah perubahan yang besar dan harusnya perubahan yang menyeleseikan masalah, bukan yang menunda-unda masalah apalagi yang malah menimbulkan masalah baru, kita lihat cara berfikir mereka yang menyatu dengan alam, oleh sebab itu kita harusnya belajar dari sejarah.
Sedangkan saat ini kita dalam keadaan yang sama di zaman Soe tetapi zaman ini lebih parah dan lebih berat perjuangan yang harus kita tempuh, mental sudah terbentuk saat kita mendaki Gunung untuk mencapai puncak sama halnya kita ingin mencapai perubahan di dalam hidup.
“BAGIKU SENDIRI POLITIK ADALAH BARANG YANG PALING KOTOR LUMPUR-LUMPUR YANG KOTOR TAPI SUATU SAAT DIMANA KITA TIDAK DAPAT MENGHINDARI DIRI LAGI MAKA TERJUNLAH”
Soe Hok Gie
SENAT OH SENAT
Lalu apa hubungan pencinta alam dengan senat, baik saat membandingkan suatu ormawa Senat atau yang sekarang dikenal dengan istilah BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) DLM (Dewan Legeslatif Mahasiswa) dengan Mapala (Mahasiswa Pencinta Alam) di situ sangat terlihat perbedaan padahal jelas seharusnya semua Ormawa memperjuangkan nasib rakyatnya meski sedikit sekali yang disumbangkan. Akupun terjun langsung untuk melihat pergerakan mahasiswa di BEM, di situ aku semakin jijik dan muak saat melihat intrik politik bermain dalam organisasi.
Lebih parah adalah saat Mahasiswa yang seharusnya murni dari tunggangan partai politik ternyata mereka melepaskan idealismenya demi mendapat jabatan dan tentu saja uang dalam mengikuti suatu partai politik, lalu apakah mereka akan mampu memperjuangkan nasib orang lain, wong mereka hanya memntingkan urusan perut serta jabatan, memang benar jika godaan dunia salah satunya adalah tahta selain harta dan wanita.
Jika kita melihat aksi Mahasiswa sekarang yang bersifat pragmatis dalam meluapkan aspirasinya, meluapkan emosi dengan membakar, tawuran dan tentu perusakan-perusakan apakah itu bisa disebut dengan kaum intelektual muda, oleh karena ketidak tahuan mereka dengan akar masalah yang terjadi di Negara, menyebabkan Mahasiswa sekarang terjebak dalam hal yang tidak penting, mereka perjuangkan darah yang belum tentu Tuhannya menghendaki hal itu, fungsi Senat pun berubah, masyarakatpun mulai pesimis dengan perjuangan Mahasiswa sekarang yang semakin tidak jelas arahnya, mereka hanya turun dan melakukan pengrusakan, bukan memberi solusi yang nyata.
Inikah wujud Demokrasi yang mereka eluh-eluhkan, inikah wajah Demokrasi yang mereka perjuangkan, inikah wajah Demokrasi yang mereka yakini sebagai solusi. Itu bodoh, itu picik, itu hal yang tidak dapat dinalar sebab Demokrasi adalah system buatan manusia bukan system buatan yang membuat manusia.
Sungguh hina saat aku terjun di Senat, namun aku berada di senat bukan untuk menghinakan diri namun aku hanya ingin terjun layaknya gambling saat memanjat tebing, aku hanya ingin tau apakah seorang Dosenpun mempunyai pemikiran yang sama atas hal ini.
Aku malah berharap ada Dosen yang memang peduli akan hidup orang lain, bukan kelompok atau golongannya saja, mereka dosen yang juga pernah menjadi Mahasiswa, merekalah seorang panutan kami. Oleh karena itu aku berharap Mapala sebagai ormawa tidak hanya memikirkan dirinya atau kelompoknya saja, bukan hanya memikirkan perut dan keberhasilan mereka saja, tapi aku berharap Mapala membawa perubahan yang nyata pada Negara ini.
MAHASISWA SEKARANG
setelah membandingkan ormawa tersebut maka mari kita lihat diri kita. Kita mulai dari Kata Mahasiswa yang meniru kata dari yang maha Esa adalah sangat hina jika tidak bisa membuat suatu perubahan baik kecil maupun besar, kita pasti mengetahui bahwa Mahasiswa adalah seseorang yang bisa memperjuangkan kepentingan individu dan sosial, tidak heran bahwa setiap orang akan bangga menjadi Mahasiswa, Orang Tuapun akan bersyukur jika anaknya menjadi Mahasiswa, tapi bagi mereka sendiri yang mengaku Mahasiswa apakah mereka sudah sadar bahwa Mahasiswa adalah agent of change, ya kata itu selalu diulang ketika ada penerimaan Mahasiswa baru, namun kata itu hanya sebatas kata atau lips service dan belum dibuktikan afiliasinya, sebab selama ini Mahasiswa yang katanya adalah penyambung lidah rakyat hari ini mereka telah kehilangan idealismenya.
Mereka bungkam melihat kekotoran dalam hidup, mereka diam saat saudara kita yang berada di bawah diinjak-injak kehormatannya, mereka tak bergerak melihat kediktatoran rezim yang berkuasa sekarang ini, semangat 98’ yang ada sekarang tinggallah sebuah sejarah yang hanya untuk dinikmati keindahannya tanpa diteruskan perjuangannya. Mahasiswa abad sekarang adalah generasi Mahasiswa yang individualistic, mereka datang dari seluruh pelosok daerah hanya untuk mengenyangkan perut mereka, mereka hanya ingin mensukseskan kehidupan mereka tanpa melihat sekelilingnya, jika toh ada maka mereka tak segan meminta balas jasa kepada yang mereka bela, sebab mereka mengenal istilah tidak ada makan siang yang gratis.
Selain itu kehidupan hedonis yang merambah dunia Mahasiswa tak lepas dari pengaruh system yang ada, di mana Mahasiswa dipersibuk dengan kegiatan dan mata kuliah yang dari dulu sampai sekarang sama namun hanya kemasannya yang berbeda, tak jarang perpustakaan menjadi sepi dan budaya copy paste dalam mengerjakan tugas menjadi budaya yang disebabkan oleh perkembangan zaman yang tidak diimbangi dengan kuatnya akidah dan kemampuan berfikir.
Lalu sudahkah kita bangkit, selama memperingati kemerdekaan lomba yang dilaksanakan di daerah adalah makan kerupuk, namun di kawasan elite lomba itu telah dilupakan dan diganti dengan pesta yang juga suatu kemenangan yang fatamorgana.
UNTUKMU HIMAPALA
Menjadi seorang pencinta alam bagiku merupakan suatu kebanggan yang tidak bisa dilukiskan dengan senyuman, seperti saat kita mencapai puncak pada saat pendakian, bagiku puncak kenikmatan aku rasakan ketika kita menikmati proses perjalanan yang kita lakukan untuk mencapai puncak, berbekal kesabaran, keberanian dan suatu pengorbanan akan terbayar lunas saat kita sudah mencapai puncak tersebut.
Aku adalah mahasiswa D3 Tata Boga angkatan 2009 Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya, aku terjun kedunia pencinta alam saat masih duduk di bangku SMU, di situ aku mengikuti salah satu ekstra kurikuler Pramuka yang sejak SD akupun mengikutinya, namun karena suatu hal yang kurang cocok pada saat mengikuti pramuka yang mana aku adalah anak yang suka bermain di alam namun justru yang diajarkan berbeda, oleh karena itu akupun membentuk suatu komunitas dengan teman sebaya yang mana mengisi kegiatan dengan aktivitas sosial.
Masuk Universitas Negeri Surabaya, saat mencoba untuk masuk ke Universitas Negeri Surabaya akupun belum mengenal apa itu kampus Unesa, yang aku kenal dan aku hampiri pertama adalah Himapala, ya Himapala sungguh menjadikan motivasi utamaku untuk bisa masuk Universitas Negeri Surabaya, saat menjadi mabapun aku mahasiswa pertama seangkatan yang mendaftarkan diri mengikuti UKM itu, saat itu hati sangat berdebar mengingat apakah aku mampu dan sanggup untuk menjadi seorang pencinta alam yang mana setiap kakak kelas yang aku tanya tentang Himapala kebanyakan mengatakan bahwa untuk masuk Himapala haruslah melewati serangkaian tes yang cukup menguras tenaga, otak, otot, materi dan mental. Akupun bertanya dalam hati, mengapa di dalam suatu UKM yang sebenarnya merupakan kebebasan Mahasiswa untuk mengikutinya, malah di sini harus melewati berbagai ujian, hal itu sungguh sedikit meragukan aku karena aku yakin setiap manusia dapat dikatakan pencinta alam tapi di sini semua bergantung tujuan mereka untuk mengikuti UKM, akupun pernah mendengar senior mengatakan jika tidak kuat mengikuti serangkaian kegiatan yang diadakan maka jangan mengikuti Ormawa, disitu akupun berfikir dan mengatakan dalam hati bahwa semua Mahasiswa sangat menginginkan untuk bergabung di Ormawa, namun tidaklah berarti mereka harus mengikuti kegiatan yang diadakan sebab pasti ada faktor yang menghambat mereka untuk terus aktif mengikuti setiap kegiatan yang diadakan, inilah pelajaran pertamaku untuk menjadi bijak, sebab di sini penulis dididik untuk menjadi bijak, nasehat tersebut penulis dapatkan pada seorang senior yang memang bijak perangainya.
Setelah mendaftarkan diri, tibalah hari pertama pengenalan Himapala dihadiri lebih dari 50 orang yang mana mereka tentu dengan maksud dan tujuan yang berbeda untuk masuk Himapala, sadar akan itu akupun menata kembali apa tujuanku untuk masuk Himapala, ya aku harus tetap pada tujuan utamaku yaitu menjadi bagian orang yang menjaga dan melestarikan lingkungan dan alam. Suatu ketika ada seorang senior menenyakan hal tersebut kepada teman-teman yang ingin bergabung dengan Himapala, disitu terdengar jawaban yang berbeda dari setiap isi kepala yang berbeda pula, namun belum ada satupun jawaban yang menurutku menjadi relevansi antara mengikuti Himapala dengan apa yang mereka katakan.
Bagiku sendiri memahami apa hakekat seorang pencinta alam mudah namun akan berat sangat mengamalkannya, sayapun pernah mencoba mensurvei Sispala maupun Mapala yang berada di Sidoarjo, mereka ada yang belum memakai kata pencinta alam dalam organisasinya sebab mereka tahu akan suatu beban tanggung jawab yang besar karena luasnya arti makna pencinta alam itu sendiri dan juga menanyakan kepada anggota Sispala maupun Mapala apa esensi dan juga kegiatan mereka, merekapun menjawab ada yang hanya ingin berpetualang, refreshing di alam dan ada juga yang menjawab ingin mendekatkan diri pada sang Pencipta, tapi lagi-lagi akupun tidak menemukan relevansi antara perkataan dan perbuatan mereka.
Beban yang beratpun terasa saat kita belajar dan berproses mejadi seorang pencinta alam, layakkah kita tidak mencerminkan pribadi seorang pencinta alam, sebelumnya penulispun mempunyai standart motto untuk menjadi seorang pencinta alam, standart itu adalah Mencintai Alam dan Penciptanya, ya sebagai seorang muslim kita pasti setuju jika mencintai alam pasti kita juga akan mencintai pencipta alam tersebut, disitu kita mengetahui bahwa kita pun harus memperdalam belajar agama kita karena jelas Al-quran dan As-sunnah merupakan pedoman hidup kita sebagai muslim. Oleh sebab itu begitu indahnya menjadi seorang pencinta alam yang mana dia mempunyai akhlakul karimah dan Rasullulah Muhammad SAW sebagai teladannya, Oleh karena Allah yang menciptakan Alam dan Manusia maka kita sebagai hambanya sepantasnya sadar untuk mentaati perintah Allah yaitu beribadah kepadanya karena Allah menciptakan kita untuk beribadah kepadaNya, maka tidak ada kata lain dan tidak ada jalan lain bagi kita untuk tidak bertaqwa yaitu menjalankan semua perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Karena kita seharunya menjadi muslim yang kaffa yaitu berakidah (mempunyai keyakinan), syariah (mengikuti peraturan) dan berakhlak (tingkah laku), jadi bohong jika kita sebagai pencinta alam tidak mempunyai rasa kasih sayang terhadap semua makhluk ciptaan-Nya, melakukan maksiat dengan meninggalkan shalat, berhubungan sex tanpa nikah dan dilakukan di gunung-gunung.
Apakah mereka tidak berfikir dengan menggunakan media alam sebagai media untuk menyalurkan kemaksiatan, namun parahnya kebanyakan pencinta alam adalah kawula muda yang tentu menganggap hal tersebut sudah wajar dan juga menjadi gaya hidup anak muda zaman sekarang, parahnya lagi keegoisan para pencinta alam yang tidak peduli dengan apa yang dilakukan rekan pencinta alam tersebut juga mencerminkan kehidupan yang individualistic.
Tidak sampai disitu, sebagai pencinta alam berkegiatan di alam syah-syah saja namun tetap dengan kode etik untuk menyayangi alam dan mendekatkan diri ke sang Pencipta bukan untuk hura-hura, sebab apa yang terjadi sekarang adalah para pencinta alam yang dilakukan hanyalah berkegiatan di alam, hal tersebut tentu kontradiktif dengan apa yang dicita-citakan dalam kode etik pencinta alam yang selalu dibacakan pada saat dan sebelum berkegiatan.
Bagaimana fenomena yang terjadi sekarang adalah semakin berkurangnya minat pemuda yang bergabung di komunitas pencinta alam sebab tidak jelasnya arah dari kegiatan tersebut, lebih parah adalah kepercayaan masyarakat terhadap pencinta alam yang mereka artikan sebagai komunitas pemuda/pemudi yang hanya menikmati masa mudanya dengan berkegiatan di alam tanpa menghasilkan perubahan yang real pada alam ini, benarlah Allah SWT da;lam firmannya yang menyebutkan bahwa manusialah yang menjadi perusak bumi. Apakah kita tidak sadar apa yang kita lakukan kelak akan dimintai pertanggung jawabannya di akhirat, karena kita hidup di bumi hanya untuk sementara seperti kita melakukan pendakian yang jika kita sampai pada puncaknya kita juga pasti akan turun.
Saya pribadi belum dapat dikatakan seorang pencinta alam namun saya belajar untuk memahami hakekat pencinta alam lalu merenungkan dan mengambil tindakan, saya seorang yang bergelut di bidang tata boga di saya sangat miris saat melihat masakan yang melibatkan ikan hiu sebagai korban, begitu miris tatkala melihat pembantaian oleh manusia kepada makhluk yang malang tersebut, apa tidak ada makanan yang laen, itulah keserakahan manusia, lalu apa yang dapat saya lakukan melihat hal itu, apa daya sayapun berusaha untuk tidak pernah memasaknya apalagi memakannya. Sayapun harus berubah menjadi orang yang mencerminkan diri sebagai seorang pencinta alam yang senantiasa menolong, ramah terhadap sesama dan juga selalu berusaha belajar memperdalam ajaran sang Pencipta alam yaitu Islam karena Islam adalah rahmatan lil alamin yaitu rahmat seluruh alam.
Sejak menjadi anggota Himapala saya menjadi berfikir apakah ini tujuan saya yang selama ini ingin saya capai, saya seperti terlebih banyak berpetualang dari pada melestarikan alam, saya iri melihat pasukan kuning yang ikhlas membersihkan jalan dari sampah plastic, saya salut kepada anak TK yang membuang sementara bungkus permen ke dalam sakunya, melihat ibuku menyiram bunga di teras rumah, melihat dokter yang menyembuhkan pasiennya, melihat orang-orang desa yang selalu hidup tentram dan guyub, melihat seorang da’i yang berjuang mendakwakan ajaran Allah, seorang nelayan yang mengambil hasil laut tanpa mengebom dan secukupnya, seorang mahasiswa yang meneliti tentang kehidupan social, seorang penulis tentang perubahan, pembuat film tentang lingkungan, seorang professor yang berusaha menemukan sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan orang banyak semua berbuat kebaikan menurut tingkatan dan kemampuannya, oleh karena itu bagi mereka yang berfikir dan mendisiplinkan diri dalam hidup mereka tidak pernah mengeluh melihat kondisi yang ada, namun mereka segera mengambil inisiatif tindakan yang dapat merubahnya meskipun sekecil-kecil indakan itu hanya dilakukan dengan hatinya jika tidak bisa dengan mulutnya, dan dengan mulutnya jika tidak bisa dengan tangannya.
Apakah semua itu sudah ada di dalam diri kita yang menyebut seorang anggota Sispala atau Mapala, apa kita akan terus hanyut dalam petualangan demi kesenangan dan suatu pengakuan atau suatu kebanggaan terhadap diri kita, bukankah itu tandanya kita terserang penyakit hati yaitu sombong terhadap kepintaran kita, harta kita, jabatan/kedudukan kita, ketampanan/kecantikan kita ataupun riya kita dalam beribadah kepada Allah SWT, kita pasti yakin akan nikmat yang diberikan Allah, bahkan kita tidak bisa untuk menghitung nikmat yang diberikannya, apakah kita tidak terlalu sombong dengan kemampuan kita, aku sangat malu jika hidup hanya untuk mengagumi diri dan hanyut dalam sinetron amatir hidup kita, hanya saja kita memang telah melakukannya tanpa sadar dan tidak akan sadar jika kita benar-benar tidak mau jujur terhadap diri kita, kemunafikan kita saat mengajarkan orang tentang sesuatu padahal kita tidak melakukan sesuatu itu maka cukup hanya Allah lah kita meminta ampun atas perbuatan kita selama ini.
Kemapanan dan kebanggan akan kelompok membuat kita bercerai berai dan menyombongkan diri padahal kita hanya mementingkan kelangsungan hidup kelompok kita tanpa memakai akal dan suatu hati nurani. Apakah sudah siap kita menjadi pencinta alam jika kita membunuh diri kita perlahan dengan membiarkan pembantaian terhadap alam ini dilakukan oleh semua orang dan orang-orang yang serakahlah yang membuat kita harusnya turun tangan, kita tunjukkan jika kita sebenarnya adalah Agent Of Change sejati.
Akupun belum sanggup memakai scraft merah, aku belum sanggup menjadi pencinta alam seutuhnya, sebab beban berat yang harus aku pikul adalah permaslahan semua orang. Apakah pantas aku menjadi pencinta alam jika aku hanya berpetualang. Berhenti berharap akan memperparah keadaan, untuk kali ini hanya ini yang dapat ku lakukan.
REFLEKSI BERSAMA UNTUK PENCINTA ALAM
Setelah kita bisa mengambil hikmah dari semua itu, alangkah baiknya kita untuk merenungkan dan menanyakan ke dalam lubuk hati kita, sudahkah kita menjadi pencinta alam? Apakah kita sanggup menjadi pencinta alam seutuhnya yang tentu menebarkan kedamaian seperti saat kita terasing di dalam suatu hutan?
“Tak peduli seberapa jauh kita tersesat, segeralah berbalik menuju jalan yang benar”
Sekarang apakah kegiatan pencinta alam hanya kita isi dengan kegiatan yang hanya mementingkan diri kita? Bukankah mereka semua yang berada di bumi ini sebenarnya pencinta alam? Mengapa kita selalu jika kitalah pencinta alam sesungguhnya? Apakah kita pernah berfikir jika mereka melihat kita hanya sebagai pegiat alam, penikmat alam bahkan petualang? Mengapa kita sombong kepada mereka yang kita anggap lemah?
Sudah merdeka dan mapankah kita sekarang? Apakah negeri kita sudah benar-benar bangkit sehingga kita hanya memikirkan kepentingan kita sendiri? Tak pedulikah kita dengan nasib alam beserta isinya?
Lihatlah di puncak gunung, coretan-coretan tangan seniman berada, padahal mereka mengaku pencinta alam, lihatlah sampah-sampah di setiap kita berjalan digunung padahal kita mengerti jika sampah non organic cukup lama untuk diuraikan.
Sejatinya jiwa kita muda, kita kaum intelektual, namun kita lupa akan perubahan, kita terlalu cepat puas, padahal cepat puas itulah yang membuat negri kita menjadi negeri 1001 peristiwa, kita dijuluki sebagai the failed state (Negara gagal) dan yang lebih parah adalah kita dijuluki sebagai the vampire state (Negara drakula penghisap darah rakyat). Sekarang apakah kita hanya akan terus memikirkan kesenangan kita saja, prestasi itu tidak akan harum jika hanya untuk diri kita.
Inilah di mana saatnya kita untuk meninggalkan kegiatan berpetualang, Take Action Now!!!
“. . .Buruh tani, Mahasiswa, Rakyat miskin kota, bersatu padu rebut Perubahan, gegap gempita dalam satu suara, demi tugas suci yang mulia. . .“
“. . .Sampaikanlah pada ibuku, akupulang terlambat waktu, ku akan menaklukkan malam, dengan jalan pikiranku, sampaikanlah pada bapakku, aku mencari jalan atas semua keresahan-keresahan ini, kegelisahan manusia, retaklah, malam yang dingin, tak pernah berhenti berjuang, pecahkan teka-teki malam, tak pernah berhenti berjuang pecahkan teka-teki keadilan, wuuuuuu, berbagi waktu dengan alam, kau akan tau siapa dirimu yang sebenarnya, hakikat manusia, tak pernah berhenti berjuang, pecahkan teka-teki malam, tak pernah berhenti berjuang pecahkan teka-teki keadilan, keadilan, akan aku telusuri jalan yang setapak ini, semoga kutemukan jawaban, akan aku telusuri jalan yang setapak ini, semoga kutemukan jawaban, akan aku telusuri jalan yang setapak ini, semoga kutemukan jawaban, akan aku telusuri jalan yang setapak ini, semoga kutemukan jawaban, jawaban, jawaban, oh oh oh. . .”
“. . .Di sini negeri kami, tempat padi terhampar, samudranya kaya raya tanah kami subur tuan, di Negeri permai ini, berjuta rakyat bersimbah luka, anak kurus tak sekolah, pemuda desa tak kerja, Mereka dirampas haknya tergusur dan lapar, bunda relakan darah juang kami, untuk membebaskan raja, Mereka dirampas haknya tergusur dan lapar, bunda relakan darah juang kami, padamu kami berjanji. . .“
»» Baca Selengkapnya...